Beranda | Artikel
Keutamaan Ilmu Dan Orang-Orang Yang Berilmu
Kamis, 29 Oktober 2020

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Keutamaan Ilmu Dan Orang-Orang Yang Berilmu adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 12 Rabiul Awal 1442 H / 29 Oktober 2020 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Keutamaan Ilmu Dan Orang-Orang Yang Berilmu

Saat ini kita ada di pembahasan segi ke-70 tentang keutamaan ilmu, yaitu keutamaan ilmu dan orang-orang yang berilmu. Pembahasan halaman 103 pada kitab العلم : فضله وشرفه).

Di segi yang ke-70 ini Imam Ibnul Qayyim Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan, beliau berkata bahwa sesungguhnya kemuliaan yang ada pada diri manusia adalah tempat menampung ilmu yang ada dalam dirinya. Inilah anggota tubuh manusia yang paling mulia, yaitu hati, pendengaran dan penglihatannya. Ini tiga tempat yang nanti manusia akan dimintai pertanggungjawaban tentang tiga tempat ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَـٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا ﴿٣٦﴾

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang kamu tidak punya ilmu tentangnya (jangan kamu ucapkan yang kamu tidak punya ilmu, jangan lakukan kalau kamu tidak punya ilmu tentangnya). Kenapa demikian? Karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati manusia, semua akan dimintai pertanggungjawaban tentang ilmu.” (QS. Al-Isra[17]: 36)

Ini tiga tempat yang Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan yang paling mulia pada diri manusia karena tiga tempat ini adalah jalur masuknya ilmu dalam diri manusia.

Jadi, kata Ibnul Qayyim bahwa kemuliaan pada diri manusia ada pada tiga anggota tubuh ini. Dikarenakan hati manusia adalah tempat menampung ilmu, pendengaran adalah utusan ilmu yang akan membawa ilmu ke dalam hati manusia. Makanya ilmu didengar dengan pendengaran manusia. Demikian pula pandangan mata, ini adalah yang melihat ilmu.

Demikian pula keadaan orang yang berilmu di kalangan manusia, dia adalah seperti kedudukannya hati pada anggota tubuh manusia. Kita tahu sebagian dari para ulama mengartikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits terkenal riwayat Imam Bukhari dan Muslim tentang kedudukan hati manusia:

أَلَا إِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ, وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ؛ أَلَا وَهِيَ القَلْبُ

“Ketahuilah dalam diri manusia ada segumpal daging, segumpal daging ini kalau baik maka semua anggota badan manusia akan baik, kalau rusak maka semua anggota badan manusia akan rusak, yaitu hati manusia.” (Lihat di Shahihain, dari An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘Anhu)

Dari sinilah seperti Imam Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bahwa ini menunjukkan bahwa kedudukan hati itu seperti raja. Kalau dia baik, maka semua anggota badan yang merupakan masyarakatnya akan baik. Hati akan memerintahkan anggota badan dan semua anggota badan tunduk dan mengikuti perintahnya. Inilah kedudukan hati manusia dan seperti inilah kedudukan orang yang berilmu di kalangan manusia.

Dan dikarenakan kebaikan semua anggota badan tergantung dari kebaikan raja penguasanya (hatinya). Sebagaimana rusaknya anggota badan tergantung dari rusaknya hati manusia, maka seperti inilah keadaan manusia bersama para ulama dan penguasa mereka. Ini seperti ungkapan sebagian dari ulama salaf yang mengatakan:

صنفان من الناس إذا صلحا صلح الناس وإذا فسدا فسد الناس العلماء والأمراء

“Ada dua golongan manusia, kalau mereka baik, maka semua manusia yang lain akan baik. Kalau dua golongan ini rusak, maka semua manusia lainnya akan rusak, yaitu para ulama dan para pemimpin.”

Jadi ini mempengaruhi kebaikan manusia. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan keadaan para pemimpin itu sama dengan keadaan rakyatnya.

وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ ﴿١٢٩﴾

Demikianlah Kami jadikan sebagian dari orang yang dzalim itu menjadi pemimpin dari orang dzalim yang lainnya karena perbuatan dosa yang mereka lakukan.” (QS. Al-An’am[6]: 129)

Makanya orang yang mencela dan mengumpat pemimpinnya, berarti dia mencela dirinya sendiri. Kalau kita ingin perbaikan keadaan pemimpin kita, maka kita mulai dengan perbaikan diri kita sendiri. Sebagian dari para ulama salaf mengatakan:

كما تكونوا يولى عليكم

“Sebagaimana keadaanmu maka demikianlah keadaan para pemimpinmu.”

Oleh karena itu penting untuk kita jadikan sebagai renungan bagi kita. Dua golongan manusia kalau rusak maka semua manusia akan rusak; para ulama dan para pemimpin.

Dari sisi lain para ulama salaf juga menjelaskan kebaikan pada masyarakat itu akan menjadi sebab kebaikan pada para pemimpin. Yakni ketika kita ingin mengadakan kebaikan untuk para pemimpin kita, kita harus menegakkan nasihat karena Allah, kita harus mulai memperbaiki diri kita sendiri. Karena keadaan pemimpin kalian adalah sebagaimana keadaan kalian sendiri.

Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian Tentang Keutamaan Ilmu Dan Orang-Orang Yang Berilmu

Download mp3 kajian yang lain di mp3.radiorodja.com


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/49313-keutamaan-ilmu-dan-orang-orang-yang-berilmu/